Sibayaknews.com|Petani di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mengaku kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.

“Sudah dua minggu ini petani kesulitan mendapatkan pupuk,” kata Ketua Kelompok Tani Mekar Sari, Tapanuli Selatan, Mara Adil Hutasuhut, di Sipirok, seperti dikutip Antara, Selasa (2/11).

Jenis pupuk bersubsidi yang mulai langka antara lain urea, phonska dan DP36. Padahal, petani sedang memasuki musim tanam padi..

Sementara itu, harga pupuk nonsubsidi mengalami kenaikan selama sebulan terakhir. Misalnya, lanjutnya, pupuk NPK nonsubsidi naik dari Rp. 450 ribu menjadi Rp. 600 ribu per kantong.

“Kami berharap ada solusi bijak agar kita para petani mudah mendapatkan pupuk bersubsidi, mengingat sudah memasuki musim tanam,” ujarnya.

Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) juga menyoroti kenaikan harga pupuk, baik tunggal maupun majemuk, antara 70 persen hingga 120 persen dalam delapan bulan terakhir.

Baca Juga: Manfaat dan Keuntungan Asuransi mobil

Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung mengatakan, harga pupuk urea naik dari Rp. 4.500 per kg menjadi Rp. 6.000 per kg.

Sedangkan kontribusi biaya pupuk terhadap produksi petani mencapai 58 persen. Untuk itu, Gulat meminta pemerintah turun tangan.

“Penghasilan petani sekarang hanya Rp 815.000 per hektar per bulan, (turun) dari sebelumnya Rp 1,1 juta. Harga sawit Rp 3.000 per kg, tapi pendapatan kami turun,” katanya seperti dikutip dari Antara. Antara.

Secara terpisah, Direktur Pupuk dan Pestisida Ditjen PSP Kementerian Pertanian, Muhammad Hatta, memaparkan lima potensi masalah yang menjadi persoalan harga pupuk bersubsidi.

Permasalahan tersebut antara lain rembesan antar daerah, isu kelangkaan pupuk, mark up Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk di tingkat petani, alokasi yang tidak tepat sasaran, dan penurunan produktivitas tanaman.

(Sumber : cnn news)

Spd

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *